
Titipku.com – Menjelajah aspal kota Jogja, mata ini seolah mengintai segala yang terjadi di kanan kirinya. Tidak terlalu signifikan perubahan wajah kota Gudeg ini. Becak yang membawa wisatawan dengan tukangnya yang mengalungkan handuk, pun dengan kuliner khasnya yang dipertahankan. Mulai dari lampu sudut kota, wisata, hingga penghuninya entah mengapa selalu membuat rindu.
Dedaunan di bahu-bahu jalan menutupi terik yang mulai menyingsing. Dan akhirnya mata dan hati ini tergerak untuk berhenti pada seorang lelaki paruh baya yang mengenakan ‘kupluk’. Sejenak nostalgi masa kecil dengan menyecap kudapan Terang Bulan Djadoel Jogja/Terang Bulan Jadul Jogja.